BHUWANA KOSA


Bhuwanakosa adalah nama sebuah lontar yang tergolong jenis tattwa atau tutur yang dipandang sebagai lontar jenis tertua dan sumber lontar-lontar tattwa yang bercorak siwaistik lainnya, seperti : Wrhaspatitattwa, Tattwajnana, Sanghyang Mahajnana, Ganapatitattwa dan sebagainta. Lontar ini terdiri atas 11 bab yang disebut dengan patalah, dengan jumlah sloka 487 buah.

Pada prinsipnya Bhuwanakosa berisi tentang ajaran kamoksan. Dalam hal ini eksistensi ajaran tentang Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sangat penting, maka itu ia harus diketahui dan dipahami.

Dari segi isi secara garis besar Bhuwanakosa dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah bagian Brahmarahasyam yaitu bagian yang berisi percakapan antara Srimuni Bhargawa dengan Bhatara Siwa yang bersifat sangat rahasia. Bagian ini diuraikan dalam 5 patalah yaitu dari patalah I sampai dengan patalah V. Sedangkan bagian kedua adalah bagian Jnanarahasyam yang berisi percakapan antara Bhatara Siwa dengan Bhatari Uma dan Sang Kumara tentang pengetahuan untuk memahami Siwa yang bersifat sangat rahasia. Bagian ini diuraikan dalam 6 patalah yaitu dari patalah VI sampai dengan Patalah XI.

Adapun ajarannya dapat dijelaskan sebagai berikut. Tuhan dalam Bhuwanakosa disebut Bhatara Siwa. Beliau maha Esa, tanpa bentuk, tanpa warna, tidak terpikirkan, tidak tercampur, tidak bergerak, tidak terbatas dan sebagainya.

Ia yang tak terbatas digambarkan secara terbatas. Karena itu, ia sering disebut dengan nama yang berbeda, seperti : Brahma, Wisnu, Iswara/Rudra sesuai dengan tugas dan fungsinya. Ia disebut Bhawa, Pasupati, Sarwajna, sesuai dengan tempat yang ditempatinya, ia disebut juga Sadyojata, Bhamadewa, Tatpurusa, Aghora dan Isana dalam Panca Brahma.

Ia bersifat Immanent dan Trancendent, Immanent artinya ia meresapi segalanya, hadir pada segala termasuk meresap pada pikiran dan indriya (sira wyapaka). Transcendent artinya Ia meliputi segala tetapi Ia berada di lar batas pikiran indriya. Meskipun Ia transcendent dan Immanent pada semua makhluk, tetapi Ia tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, karena Ia bersifat sangat rahasia, abstrak. Karena kerahasiaannya Ia digambarkan bagaikan api dalam kayu, minyak dalam santan. Ia ada di mana-mana, pada semau yang ada ini, ia tidak tampak, tetapi Ia ada. Sungguh sangat rahasia adanya.

Ia adalah asal dari semua yang ada ini, Alam semesta dan segala isinya dan manusia adalah ciptaanNya juga. Semua ciptaannya itu merupakan wujud mayanya yang bersifat tidak kekal karena dapat mengalami kehancuran. Pada saat mengalami kehancuran semua ciptaannya itu akan kembali kepadaNya. Karena Ia adalah asal dan tujuan semua yang ada ini.

Proses penciptaannya terjadi secara bertahap dari penciptaan Purusa yang pertama oleh Bhatara Siwa sampai pada penciptaan yang terakhir yaitu Prthiwi. Tahapannya adalah Purusa, Awyakta, Budhi, Ahangkara, Panca tan matra, Manah, Akasa, bayu, Agni, Apah, Prthiwi.

Sedangkan proses meleburnya juga terjadi secara bertahap dan terbalik dari unsur yang paling kasar sampai kepada yang paling halus menuju Bhatara Sangkara. Mula-mula Prthiwi lebur ke Apah; Apah lebur ke Agni; Agni lebur ke Bayu; Bayu lebur ke Akasa; Akasa lebur ke Manah; Manah lebur ke Pancatanmatra; Pancatanmatra lebur ke Ahangkara; Ahangkara lebur ke Budhi; Budhi lebur ke Awyakta; Awyakta lebur ke Purusa; dan Purusa lebur ke Sanghyang Sangkara.

Tingkatan-tingkatan alam dalam Bhuwana Agung bila dihubungkan dengan tubuh Manusia (Bhuwana Alit), akan ditemukan pada bagian-bagian tubuh manusia dari alam yang paling bawah sampai dengan yang tertinggi yaitu alam Kamoksan.

Pada setiap bagian yang merupakan simbul alam dalam tubuh manusia berstana Dewa-Dewa, dimana Sanghyang Parama Nirbana Siwa adalah Dewa tertinggi yang harus dijadikan obyek dalam Kamoksan.

Adapun tingkatan-tingkatan alam dalam Bhuwana Agung dan Bhuana Alit sebagai berikut :
·         Ubun-ubun, Sanghyang Parama Nirbana Siwa
·         Lobang Kepala, Sanghyang Nirbana Siwa
·         Rongga Kepala, Sanghyang Antyatma Suksma.
·         Kepala, Paramakewalya, Sanghyang Paramasiwa dan Sanghyang Sadasiwa.
·         Diantara kedua alis, Sanghyang Siwatma.
·         Dahi, Kewalya, Sanghyang Paramasiwa.
·         Langit-langit, Sanghyang Siwatara.
·         Leher, Sanghyang Siwapurusa.
·         Pangkal Leher, Satyaloka, Rudra/Mahadewa.
·         Dada, Tapaloka, Sanghyang Brahma.
·         Hati, Janaloka, Wisnu
·         Perut, Mahaloka, Sanghyang Yaksa Prajapati
·         Pusat, Nidralika, Sanghyang Aghora.

Eksisteni Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit tersebut merupakan pengetahuan tentang rahasia hidup yang sangat rahasia dan utama. Hal tersebut harus diketahui dan dikuasai sebagai suatu sarana untuk mencapai kamiksan.

Untuk memiliki pengetahuan tersebut tidaklah mudah, Ia harus dicari dengan tekun dan teliti dan dengan persyaratan seperti :
·         Memiliki kepribadian yang baik
·         Memiliki tata krama
·         Berpikir tenang
·         Tidak minum minuman keras
·         Menjauhi perbuatan nista
·         Guru susrusa
·         Tekun menjalankan brata
·         Memiliki pengetahuan tentang Weda dan sastra lainnya
·         Memiliki keyakinan kuat akan ajaran tersebut
·         Penguasaan ajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan mempelajarinya secara tekun dan teliti, dan
·         Selalu melaksanakan Yoga

Literatur :
Dunia, Drs. I Wayan. (2009). Kumpulan Ringkasan Lontar, Paramita Surabaya, hal. 1-5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar